Jumat, Juli 20

Inilah 18 Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi


Demokrasi, menurut definisi, adalah sistem politik di mana kekuasaan tertinggi terletak pada rakyat yang memiliki hak untuk memilih wakil mereka.
Terdapat dua jenis demokrasi yaitu demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan.
Dalam demokrasi langsung, rakyat mengambil bagian aktif dalam pembuatan undang-undang dan keputusan pemerintah lainnya.
Dalam demokrasi perwakilan, wakil yang dipilih oleh rakyat diberi mandat membuat undang-undang dan keputusan lain.
Berikut akan dibahas berbagai hal yang menjadi kelebihan dan kekurangan demokrasi.

Kelebihan Demokrasi

1. Melindungi kepentingan rakyat
Demokrasi merupakan sistem yang melindungi kepentingan rakyat. Kekuasaan yang sesungguhnya terletak di tangan orang-orang yang mewakili rakyat banyak.
Para wakil rakyat dipilih dan harus bertanggung jawab kepada rakyat yang memilihnya. Dengan cara ini, kepentingan sosial, ekonomi dan politik rakyat menjadi lebih terjamin di bawah demokrasi.
2. Berdasarkan prinsip kesetaraan
Demokrasi didasarkan pada prinsip kesetaraan. Semua warga negara memiliki kedudukan sama di mata hukum.
Semua rakyat memiliki hak sosial, politik dan ekonomi yang sama dan negara tidak boleh membedakan warga negara atas dasar kasta, agama, jenis kelamin, atau kepemilikan.
3. Stabilitas dan tanggung jawab dalam pemerintahan
Demokrasi dikenal sebagai sistem yang stabilitas dan efisien. Pemerintahan berjalan stabil karena didasarkan pada dukungan publik.
Dalam demokrasi perwakilan, wakil rakyat mendiskusikan masalah negara secara menyeluruh dan mengambil keputusan berdasarkan aspirasi rakyat.
Di bawah sistem monarki, elit kerajaan mengambil keputusan sesuai keinginannya sendiri. Sedangkan di bawah kediktatoran, diktator tidak melibatkan rakyat sama sekali dalam pengambilan keputusan.
4. Pendidikan politik kepada rakyat
Demokrasi bisa berfungsi sebagai sekolah pendidikan politik bagi rakyat. Rakyat akan ikut terdorong untuk mengambil bagian dalam urusan negara.
Pada saat pemilihan umum, partai politik mengusulkan kebijakan dan program untuk dinilai oleh rakyat. Hal ini pada akhirnya menciptakan kesadaran politik di kalangan masyarakat.
5. Sedikit peluang revolusi
Karena demokrasi didasarkan pada kehendak publik, terdapat kemungkinan kecil terjadi pemberontakan rakyat. Para wakil dipilih oleh rakyat untuk melakukan urusan negara dengan dukungan rakyat.
Jika mereka tidak bekerja dengan baik atau tidak memenuhi harapan rakyat, para wakil bisa saja tidak dipilih lagi dalam pemilu berikutnya. Dengan cara ini, rakyat tidak perlu melakukan pemberontakan saat menginginkan perubahan.
6. Pemerintahan stabil
Demokrasi didasarkan pada kehendak rakyat sehingga penyelenggaraan negara berjalan didasarkan atas dukungan rakyat.
Oleh karena itu, demokrasi dianggap lebih stabil daripada bentuk pemerintahan lain.
7. Membantu membentuk rakyat menjadi warga negara yang baik
Keberhasilan demokrasi terletak pada bertumbuhnya warga negara yang baik.
Demokrasi menciptakan lingkungan yang tepat untuk pengembangan kepribadian dan menumbuhkan kebiasaan yang baik. Dalam demokrasi, rakyat dilatih untuk memahami hak dan kewajiban mereka.
8. Berdasarkan opini publik
Pemerintahan demokrasi didasarkan pada keinginan publik dan tidak didasarkan pada ketakutan pada penguasa.
Demokrasi berdiri di atas konsensus, bukan pada kekuasaan; dengan warga negara memiliki kesempatan mengambil bagian aktif dalam pemerintahan.

Kekurangan Demokrasi

1. Lebih menekankan pada kuantitas daripada kualitas
Demokrasi tidak didasarkan pada kualitas tetapi pada kuantitas. Partai mayoritas memiliki wewenang memegang pemerintahan.
Selain itu, orang yang tidak memiliki kecerdasan, visi dan korup bisa saja terpilih menjadi penyelenggara negara.
2. Pemerintahan oleh orang tidak kompeten
Demokrasi bisa saja dijalankan oleh orang-orang yang tidak kompeten. Dalam demokrasi, setiap warga negara diperbolehkan untuk mengambil bagian, sedangkan tidak semua orang cocok dengan peran itu.
Segerombolan manipulator yang dapat mengumpulkan suara bisa mendapatkan kekuasaan dalam demokrasi. Hasilnya, demokrasi dijalankan oleh orang bodoh dan tidak kompeten.
3. Berdasarkan kesetaraan yang tidak wajar
Konsep kesetaraan dalam demokrasi dianggap bertentangan dengan hukum alam. Alam memberi setiap individu dengan kecerdasan dan kebijaksanaan yang berbeda.
Faktanya, kemampuan tiap orang berbeda. Sebagian orang berani, lainnya pengecut. Sebagian sehat, yang lain tidak begitu sehat. Sebagian cerdas, yang lain tidak.
Kritik berpendapat bahwa akan bertentangan dengan hukum alam untuk memberikan status yang sama kepada semua orang.
4. Pemilih tidak tertarik pada pemilu
Pemilih tidak selalu menunaikan hak pilihnya sebagaimana seharusnya. Umum ditemukan tingkat partisipasi pemilih hanya berada pada kisaran angka 50 sampai 60 persen saja.
5. Menurunkan standar moral
Satu-satunya tujuan kandidat adalah memenangkan pemilihan. Mereka sering menggunakan politik uang dan praktik bawah tangan lainnya agar terpilih.
Kekuatan otot dan uang bekerja bahu-membahu untuk memastikan kemenangan seorang kandidat.
Dengan demikian, moralitas adalah korban pertama dalam pemilu. Apa yang bisa diharapkan setelah moralitas dikorbankan?
6. Demokrasi adalah pemerintahan orang kaya
Demokrasi modern pada kenyataannya adalah kapitalistik. Pemilu dilakukan dengan uang. Para calon kaya membeli suara. Pada akhirnya, rakyat mendapatkan pemerintahan plutokrasi yang berbaju demokrasi.
Pada kondisi ini, orang kaya menguasai media untuk keuntungan mereka sendiri. Kepentingan pemilik modal bisa saja mempengaruhi keputusan politik yang diambil pemerintah.
7. Penyalahgunaan waktu dan dana publik
Demokrasi bisa terjerumus pada pemborosan waktu dan sumber daya. Dibutuhkan banyak waktu dalam perumusan undang-undang. Banyak uang yang dihabiskan selama pemilu.
8. Tidak terjadi pemerintahan yang stabil
Ketika tidak ada partai yang manjadi mayoritas mutlak, pemerintahan koalisi harus dibentuk. Koalisi partai politik dengan pembagian kekuasaan hanya merupakan perkawinan semu.
Setiap kali terjadi benturan kepentingan, koalisi hancur dan pemerintahan runtuh. Dengan demikian, pemerintah stabil di bawah demokrasi bisa sulit dicapai.
9. Kediktatoran mayoritas
Demokrasi dikritik karena menjadi legitimasi kediktatoran mayoritas. Mayoritas diharuskan melindungi kepentingan minoritas tetapi dalam praktiknya tidak selalu demikian.
Mayoritas setelah mendapatkan kesuksesan saat pemilu terkadang melupakan minoritas dan menjalankan pemerintahan sesuai dengan kehendak mereka sendiri.
10. Pengaruh buruk dari partai politik
Partai politik merupakan dasar demokrasi. Partai politik bertujuan merebut kekuasaan dengan cara yang sah.
Namun terkadang, anggota partai politik lebih mendahulukan kepentingan partai dibanding kepentingan negara.[]

Negara-Negara Yang Pernah Dan Masih Terpecah Di Dunia


Di dunia ini, ada banyak sekali negara yang berdiri. Ada negara yang berdiri atas dasar kesamaan bahasa, ada negara yang berdiri atas dasar ideologi tertentu, ada pula beberapa negara yang menggabungkan diri menjadi satu kekuatan besar. Dalam sejarah, ada beberapa negara yang tadinya satu dan kemudian mengalami perpecahan. Ada yang telah kembali menjadi satu namun masih ada pula yang terpecah hingga hari ini. Negara apa sajakah itu?
1. Jerman
Pada 1945, Jerman kalah dalam Perang Dunia II dan diduduki oleh empat negara Sekutu : Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet. Zona pendudukan Amerika, Inggris, dan Prancis kecuali daerah Saar (Saar bergabung ke Jerman Barat pada 1956) dan ditambah Berlin Barat membentuk Republik Federal Jerman atau Jerman Barat pada 23 Mei 1949. Sementara zona Soviet kecuali Berlin Barat membentuk Republik Demokratik Jerman atau Jerman Timur pada 7 Oktober 1949. Selama 41 tahun, Jerman terpecah menjadi dua. Ada satu hal unik. Kota Berlin dibagi dua. Berlin Barat masuk teritori Jerman Barat dan Berlin Timur adalah wilayah Jerman Timur. Keduanya dibatasi oleh Tembok Berlin antara 1961 dan 1989 untuk menghentikan eksodus warga Jerman Timur ke Berlin Barat. Berlin Barat menjadi wilayah Jerman Barat yang dikelilingi Jerman Timur (wilayah semacam ini disebut enklave). Berdirinya kedua negara tidak terlepas dari situasi internasional pada masa itu. Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kedua negara resmi diterima sebagai anggota PBB pada 18 September 1973. Krisis yang melanda Blok Timur akibat permasalahan ekonomi di Uni Soviet membuka jalan bagi penyatuan Jerman kembali. Dengan runtuhnya tembok Berlin pada 1989, kedua negara akhirnya menjadi satu kembali pada 3 Oktober 1990 dengan nama Republik Federal Jerman.
2. Korea Utara & Korea Selatan

Korea berada di bawah pendudukan Jepang sejak 1910 hingga 1945. Ketika Jepang kalah pada 1945, Korea berada di bawah administrasi PBB.
Wilayah utara diurus oleh Uni Soviet dan wilayah selatan diurus oleh Amerika Serikat. Wilayah utara menjadi Republik Demokratik Rakyat Korea pada 9 September 1948 sementara wilayah selatan menjadi Republik Korea atau Korea Selatan pada 15 Agustus 1948. Batas kedua negara pada awalnya adalah garis lurus yang terbentang di 38 Derajat Lintang Utara. Batas yang sekarang adalah hasil perang antara kedua negara yang pecah pada 25 Juni 1950 dan berakhir pada 25 Juli 1953 meski sampai sekarang kedua negara secara teknis masih dalam status berperang. Perbedaan antara kedua negara begitu mencolok, terutama setelah Korea Selatan menjadi negara dengan ekonomi dan teknologi yang sangat maju di dunia. Usaha untuk menyatukan kedua Korea terus dilakukan, salah satunya oleh Korea Selatan dengan mendirikan Kementerian Unifikasi. Kedua negara telah menjadi anggota PBB sejak 17 September 1991.
3. Vietnam

Vietnam menyatakan kemerdekaannya dari Jepang pada 2 September 1945 namun harus menghadapi kembalinya Prancis hingga 1954 saat mereka memenangi pertempuran Dien Bien Phu. Setelahnya, Vietnam terbelah dua : Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Kedua Vietnam dipisahkan oleh garis demarkasi 17 Derajat Lintang Utara.
Kedua negara berperang dan melibatkan kekuatan besar dunia : AS, Tiongkok, dan Uni Soviet. Perang ini berakhir dengan kemenangan Vietnam Utara yang menguasai Saigon, ibu kota Vietnam Selatan pada 30 April 1975 dan kedua negara bersatu kembali sebagai Republik Sosialis Vietnam pada 2 Juli 1976. Kekalahan dalam Perang Vietnam cukup memukul Amerika Serikat yang saat itu berusaha mencegah penyebaran komunisme di Asia.
4. Yugoslavia (Serbia, Montenegro, Kroasia, Bosnia-Herzegovina, Makedonia, dan Slovenia)
Di kawasan Balkan, pernah berdiri sebuah negara yang cukup besar dan multietnis. Yugoslavia. Negara ini berdiri pada 1918 sebagai kerajaan setelah Kekaisaran Austria-Hungaria runtuh. Negara ini berubah menjadi republik pada 1945. Negara ini dipimpin oleh Joseph Broz Tito. Negara ini adalah salah satu dari lima pendiri Gerakan Non-blok pada 1961. Setelah pemimpin Yugoslavia tersebut wafat pada 1980, perbedaan antaretnis mulai tampak. Diperparah oleh krisis ekonomi pada akhir 1980-an, keutuhan negara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Riwayat negara ini tamat pada 2003. Negara-negara yang merupakan pecahan Yugoslavia antara lain Serbia, Montenegro, Kroasia, Bosnia-Herzegovina, Makedonia, dan Slovenia.
5. Yaman

Negara yang terletak di selatan Jazirah Arab ini pernah terpecah menjadi dua. Yaman Utara dan Yaman Selatan. Yaman Utara berdiri pada 1962. Yaman Selatan berdiri pada 1967. Kedua negara bersatu kembali pada 23 Mei 1990.
6. Tiongkok (China & Taiwan)

Tiongkok mengalami perang saudara antara kelompok nasionalis pimpinan Chiang Kaisek dan kelompok komunis pimpinan Mao Zedong. Perang ini sempat diinterupsi oleh invasi Jepang ke Tiongkok pada 1930-an. Setelah Jepang kalah dan angkat kaki, perang saudara kembali berlanjut hingga 1949. Kelompok nasionalis mengalami kekalahan telak dan mengungsi ke Taiwan (Republik Tiongkok). Sementara, kelompok komunis mendirikan Republik Rakyat Tiongkok pada 1 Oktober 1949. Pada awalnya, Taiwan memiliki dukungan internasional yang lebih kuat terutama dari Blok Barat. Namun sejak 1970-an, banyak negara termasuk Amerika Serikat lebih memilih mengakui RRT daripada Taiwan. Taiwan bahkan digantikan keanggotaannya di PBB dan Dewan Keamanan PBB oleh RRT pada 1971. Kini, hanya beberapa negara saja di dunia yang mengakui Taiwan.
7. Austria & Hungaria
Austria dan Hungaria pernah bergabung menjadi sebuah kekaisaran yang besar di Eropa Tengah antara 1867 dan 1918. Kekaisaran Austria-Hungaria menjadi salah satu negara yang besar dan penting di Eropa sebelum Perang Dunia I. Negara ini bersama Jerman, Bulgaria, dan Ottoman menjadi kekuatan Blok Sentral pada Perang Dunia I. Mereka kalah pada 1918 dan kekaisaran ini dibubarkan pada 31 Oktober 1918. Negara ini terpecah menjadi Austria, Hungaria, Cekoslovakia, Polandia, dan Yugoslavia. Beberapa wilayahnya diambilalih oleh Rumania dan Italia.
8. Uni Soviet

Sejarah Uni Soviet diawali oleh Revolusi Oktober pada 7 November 1917. Uni Soviet berdiri pada 30 Desember 1922 dengan anggota Rusia, Ukraina, Transkaukasia, dan Byelorusia. Negara ini mencapai puncak kejayaannnya setelah Perang Dunia II karena berhasil keluar sebagai pemenang dan negara adidaya bersama Amerika Serikat. Negara ini pada puncaknya adalah gabungan dari 15 negara yaitu Rusia, Kazakhstan, Tajikistan, Georgia, Armenia, Moldova, Latvia, Lituania, Estonia, Turkmenistan, Kirgizstan, Belarusia, Ukraina, Azerbaijan, dan Uzbekistan. Negara ini juga memiliki dominasi ideologi atas negara-negara Eropa Timur seperti Rumania, Bulgaria, Hungaria, Albania, Polandia, Cekoslovakia, dan Jerman Timur.
Uni Soviet memimpin Blok Timur yang tergabung dalam Pakta Warsawa yang berdiri pada 1955. Uni Soviet mengalami kemunduran pada 1980-an dan setelah Perestroika diberlakukan pada 1987, Soviet malah mengalami perpecahan dan akhirnya bubar pada 1991. Uni Soviet terpecah menjadi 15 negara di atas dengan Rusia sebagai penggantinya.
9. Cekoslovakia (Republik Ceko dan Slovakia)
Cekoslovakia adalah salah satu negara yang berdiri sebagai hasil pecahan Kekaisaran Austria-Hungaria setelah Perang Dunia I. Negara ini pernah dianeksasi oleh Jerman pada 1939 lalu kemudian kembali berdiri. Negara yang beribukota di Praha ini pernah diinvasi oleh Pakta Warsawa dan Uni Soviet pada 1968. Negara ini terpecah menjadi Republik Ceko dan Slovakia sejak 1993.

Kebijakan Gorbachev yang mengubah Uni Soviet


Uni soviet adalah salah satu negara besar pasca perang dunia II. Amerika dan Uni Soviet adalah dua negara besar yang pada pasca perang dunia II, muncul sebagai negara besar dengan paham mereka masing-masing. Setelah itu keduanya segera terlibat dengan perang dingin yang sengit. Kedua negara tersebut sangat keras kepala dalam menyebarkan ideologi mereka dan tidak mau mengalah satu sama lain. Dengan ini maka dunia seakan ditemboki menjadi Barat yang “Kapitalis” dan Timur yang “Sosialis”.  Kekuatan kedua kubu ini menyedot seluruh perhatian dunia. Hingga pada tahun 1990an, Amerika keluar sebagai pemenang dari perang dingin. Setelah sekian waktu kedua negara tersebut berperang dalam artian ‘ideologi’ akhirnya Amerika keluar sebagai menang setelah terjadi kehancuran pada tubuh Uni Soviet itu sendiri.
Awal kehancuran Uni Soviet
Setelah nikita Khruschev mundur bulan oktober 1964 pucuk pimpinan Sentral Partai Komunis dipegang oleh Leonid Brezhnev. Dengan naiknya Brezhnev berarti menguatnya kembali kubu konservatif partai yang dimana membawa Uni Soviet kembali ke era Stalin. Jika pada masa Khruschev terjadi Destalinisasi maka pada masa Brezhnev maka terjadi Dekhruschevsasi. Setelah Voroshilow pensiun. Brezhnev menduduki posisi penting sebagai Ketua Dewan Tertinggi Uni Soviet. Hal ini terjadi sebelum Khruschev memebersihkan orang-orang yang menentang kebijakan demokratisasi Khruschchev seperti : Malenkov, Kaganovich dan Molotov.
Dalam pemerintahannya, Brezhnev bersikap hati-hati dan konservatif dan membawa dia ke dalam puncak kekuasaan namun sikap Brezhnev inilah nantinya yang justru lebih menjatuhkan wibawa uni soviet tak hanya di mata rakyatnya sendri tetapi juga di dunia internasional. Periode ini ditandai dengan berbagai stagnisasi di bidang ekonomi, politik dan menguatnya semangat oposisi di kalangan masyarakat.
Pada tahun-tahun terakhir kepemimpinan Brezhnev, Uni soviet mengalami kemerosotan. Kemerosotan itu tampak pada semua bidang. Tingkat pertumbuhan yang menurun terutama merupakan akibat merosotnya produktivitas sumber daya. Pada era Brezhnev berbagai terobosan inovasi dan produk baru serta teknologi proses dan pemakainnya yang sukses, Cuma sedikit. Kemerosotan ekonomi terjadi akibat korupsi dan bobroknya birokrasi seta budaya politik yang makin monolitik semakin memperkuat apatisme masyarakat. Menurunnya tingkat kesejahteraan yang tajam semakin memperuncing konflik-konflik yang tumbuh di dalam negeri.
Setelah Brezhnev wafat pada 1982; para pengganti langsungnya, yang dipilih melalui kesepakatan di kalangan pejabat pucak partai, adalah pria tua yang menjabat hanya untuk waktu yang singkat. Mantan kepala  KGB Yuri Andropov (berusia 68 tahun). Yuri Andropov tidak bertahan lama karena ia wafat pada tahun 1984. Kemudia dia digantikan oleh Konstantin Chernenko, seorang pria dari generasi Brezhne. Namun ia juga memerintah hanya sebentr setahun kemudian pada tahun 1985 ia wafat.  Setelah kematian Chernenko Maret 1985 Majelis Tinggi Uni Soviet memilih seorang tokoh muda yang nantinya akan membawa pengaruh besar bagi kehidupan, tak hanya bagi warga soviet tetapi juga seluruh umat manusia. Dia adalah Mikhail Gorbachev, tokoh paling muda yang pernah memimpin partai komunis dalam sejarah Uni soviet. Mikhail Gorbachev mengambil alih, mewakili kelompok usia yang lebih muda dan lebih berpengetahuan luas. Para anggota kelompok ini memulai karirer mereka di masa-masa yang lebih tenang setelah kematian stalin.
Kebijakan ekstrem Gorbachev
Mikhail Gorbachev sadar betul bahwa terjadi masalah-masalah di dalam negerinya dan ia ingin sekali memperbaikinya. Ia memahami betul permasalahan ekonomi yang terus memburuk sebagai warisan kepimpinan sebelumnya. Stagnasi ekonomi akibat pemborosan dan rendahnya produktivitas, memerlukan satu penangan yang mendasar. Masalah sosial politik dalam negeri merupakan timbunan persoalan akibat sistem represif, telah membawa negara ini ke jurang kehancuran. Selain itu untuk mempertahankan pengaruh Uni Soviet, rela mengorbankan kekuatan ekonominya. Berbagai misi miliiter dikirim ke negara-negara ke seluruh pelosok dunia. Terdapat juga perlombaan senjata nuklir yang membahayakan umat manusia.
Permasalahan domestik maupun internasional yang harus dihadapi oleh Mikhail Gorbachev inilah yang harus dihadapi dan dipecahkan. Hal pertama yang dilakukannya dalah memaklumkan diselanggarakannya sebuah kurs (kebijakan) reformis yang kemudia dikenal dengan Perestorika (restrukturisasi). Sebagai penggerak Perestorika diangkat juga semboyan: “Demokratiya”(demokrasi) dan “Glasnost” (keterbukaan).
Perestorika adalah sebuah restrukturisasi untuk mengantisipasi proses stagnasi (zastoy) dan kelumpuhan total, dengan menciptakan mekanisme percepatan (uskorenie) yang efektif bertumpu pada kinerja dan karya nyata masyarakat, pada perkembangan demokrasi dan perluasan keterbukaan. Pada dasarnya Perestorika adalah proses yang ditujukan untuk memperbaiki dan mempeharui struktur pemerintahan dan masyarakat Soviet yang pada akhirnya ditujukan untuk memperkuat sistem sosialisme. Tujuan akhir ini dari langkah reformis ini adalah untuk memperbaiki masyarakat Soviet secara politik, ekonomi dan moral.
Kebijakan dari Mikhail Gorbachev menimbulkan pro dan kontra namun Mikhail Gorbachev dengan kualitas kepimpinannya dapat menghadapi penentang perestroika.
Bidang ekonomi
Pemerintahan melakukan perluasan idependensi perusahaan-perusahaan negara,serta memperkuat perkembangan sektor koperasi. Pada musim panas tahun 1990 pemerintah memperbolehkan sistem kepemilikan pribadi dan privitasi. Dimulailah “Ekonomi Pasar” di mana salah satu program yang cukup terkenal “Program 500 hari”. Namun langkah tersebut tidak dapat memperbaiki keadaan, justru menambah beban hidup dan kecemasan di masyarakat.
Bidang Budaya
Glasnost dan demokratisasi membawa perubahan yang berarti bagi kehidupan intelektual dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan budaya. Dihapuskannya sensorship terhadap pers yang bersifat ideologis yang selama ini mengekang kebebasan berpikir dan berekspresi.
Penikmat sastra juga berkesempatan membaca karya-karya Aleksandr Solzhenitsyn, Boris Pasternak, Losif Brodsky, Isak Babel, Sergei Bulgakov, Andrei Platonov dan karya-karya satrawan Rusia lainnya yang selama ini ‘diharamkan’ di Uni Soviet. Ruang gerak para seniman avant-grade kembali dibuka. Dunia perfilman pun tak kalah menggeliat. Musik rock yang sebelumnya ditabukan dan dianggap sebagai musik kapitalis mengalami perkembangan di kalangan kaum muda rusia.
Kehidupan spiritual keagamaan merupakan salah satu yang tersentuh angin keterbukaan yang dihembuskan lewat Glasnost dan Perestroika. Terjadinya restorasi tempat-tempat beribadah dan tempat-tempat beribadah dan tempat-tempat suci berbagai agama.
Bidang Politik
Glasnost (keterbukaan) dan Demokratizatsiya (demokratisasi). Pemikiran Politik Baru termasuk inisiatif diakhirinya Perang Dingin.
Glasnost (keterbukaan) berasal dari kata ‘golos’ yang artinya suara. Ini mengisyaratkan bahwa pembungkaman yang tersistemasi selama tujuh dasarwasa telah mengakibatkan tidak terakomodasinya partisipasi publik dalam proses kehidupan politik dan sosial. Glasnost (keterbukaan) memungkinkan masyarakat Soviet mengetahui tak hanya sisi baik, tapi juga sisi buruk masyarakat Soviet.
Gorbachev (1988) tentang Glasnost (keterbukaan) menyatakan, “Kita berusaha mencapai keterbukaan yang lebih besar dalam semua aspek kehidupan masyarakat.
Kebijakan Luar negeri
Arah kebijakan baru Uni Soviet di bawah Gorbachev ini tentu membawa angin segar bagi hubungan Uni Soviet dengan negara-nergara Barat dan As. Uni Soviet yang selama ini dianggap sebagai “imperium Setan”, dianggap telah memunculkan wajah baru yang ramah pada masa kepimpinan Gorbachev. Dengan adanya memperbaiki hubungan dengan lawan politik Perang Dingin ini dapat mengurangi ketegangan antara hubungan antara dua kekuatan adidaya yang menguasai dunia secara tidak langsung pasca Perang Dunia II. Namun di sisi lain, porsi perhatian Moskow terhadap sekutu tradisional yang tergabung dalam Pakta Warshawa menjadi berkurang.
Berakhirnya Perang Dingin dan Pecahnya Uni Soviet
Gorbachev berhasil meredakan ketegangan internasional. Dalam semangat glasnost, dia mengajui dengan terus terang bahwa prospek yang merugikab ekonomi negerinya memaksa dia menyokong bukan hanya “hubungan-hubungan internasional yang normal” tetapi juga penghentian perlombaan senjata.
Contohnya, Dia pergi ke luar negeri dengan berpakaian pria Barar, emegrasi orang Yahudi diringankan; perusahaan-perusahaan asing diundang untuk merangsang ekonomi soviet. Pada tahun 1988, Gorbachev menarik tentara Uni Soviet dari Afganistan dan mengakui pada invansi pada tahun 1979 adalah sebuah kesalahan.
Pada tahun 1989, Prestroika dan glasnost menyebar di kalangan masyarakat Eropa Barat yang membenci dominasi Uni Soviet. Selama tahun 1989 dan 1990, diseluruh Eropa Timur rakyat memperlibatkan kebencian mereka kepada kepemimpinan Komunis dan menuntut pembaharuan demokratis.
Kebijakan Glasnost dan Perestroika yang dijalankan pemerintah Gorbachev ternyata membawa pengaruh bagi semakin menguatnya gerakan separatisme, akibat semangat keterbukaan dan demokratisasi yang menjadi inti dari kebijakan tersebut. Berbagai konflik antaretnis yang selama ini bersembunyi, mulai muncul menjadi konflik terbuka.
Ketidakmampuan pemerintah pusat dalam menangani masalah ekonomi juga semakin mendorong ketidakpuasaan di republik-republik konstituen Uni Soviet. Ketidakpuasaan ini pada gilirannya mendorong munculnya kekuataan oposisi setempat yang mulai menyerukan ide-ide separatisme.
Situasi yang krusial ini dipahami oleh pemimpinan Uni Soviet, Mikhail Gorbachev. Untuk mengatasi kehancuran yang mungkin terjadi Gorbachev mengundnag para pemimpin republik Soviet dalam pertemuan di Novo-Ogaryov.
Pada tanggal 19 Agustus disiarkan “Maklumat Pemimpin Uni Soviet” yang mengumumkan tentang pemberhentian Mikhail Gorbachev dari jabatan Presiden karena alasan kesehatan dan penyerahan mandat kepada Wapres Gennady Yanaev, serta dibentuknya Komite Negara untuk Keadaan Darurat (GKCP) dan pengumuman keadaan darurat di daerah-daerah.
Pada tanggal 21 agustus terjadi bentrokan antara demonstran pro-Yelstin dan tentara pendukung kudeta. Setelah jatuhnya korban di pusat kota Moskow itu kekuatan kudeta dapat dipatahkan. Kekuatan kudeta dapat dipatahkan namun disentegrasi dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah pusat terus berlanjut.
Tanggal 8 Desember beberapa pemimpin republik mengadakan pertemuan rahasia tanpa mengundang Gorbachev. Pemimpin ketiga negara bagian yakni: Boris Yeltsin (RSFSR), Leonid Kravchuk (Ukraina SSR) dan S. Shushkevich (Belarus SSR) mengumumkan berakhirnya Uni Soviet dan negara-negara bekas konstituennya membentuk apa yang disebut Sodruzhestvo (Persemakmuran Negara-Negara Merdeka).
Tanggal 24 Desember 1991 Mikhail Gorbachev secara resmi mengundurkan diri sebagai presiden Uni Soviet dan secara otomotis mengakhiri eksistensi Uni Soviet. Revolusi yang terjadi akhir dekade abad XX telah membawa kehancuran Uni Soviet yang telah dibangun selama lebih kurang tujuh dasarwasa.
Uni Soviet runtuh, menyisakan kepingan-kepingan negara-negara berdaulat. Rusia bersama republik lainnya (minus negara-negara Baltik) bekas raksasa komunis ini membentuk sebuah “uni” baru dengan hubungan yang lebih longgar yang menjamin kedaulatan masing-masing.
Dengan ini Uni Soviet telah runtuh sebagai kekuatan utama di dalam urusan-urusan dunia. Kini negara adikuasa hanya ada satu, Amerika.
Sumber :
Padma Desai. 1990. Perestroika Dalam Perspektif : strategi dan dilema Gorbachev. Jakarta; Grafiti.
Perry,Marvin. 2013. Peradaban Barat : Dari Revolusi Perancis hingga Zaman Global. Yogyakarta : Kreasi Wacana.
Fahrurodji.A. 2005.Rusia menuju Demokrasi: pengantar sejarah dan latar belakang budaya nya; pengantar; Rahmat Witoelar;Edisi I. Jakarta: Yayasan Obor.