Jumat, Juni 5

Materi Search and Rescue GAPPALA Duta Wacana Pendidikan dan Latihan CandraDimuka



ORGANISASI SAR
SAR adalah pengerjaan dari personil yang terlatih dan fasilitas yang dapat digunakan unutk menolong dengan cara efektif dan seefisien mungkin terhadap jiwa manusia atau sesuatu yang berharga yang ada dalam keadaan mengkhawatirkan atau hilang.
Sedangkan tugas pokok BASARNAS adalah memberikan pertolongan terhadap barang berharga atau jiwa manusia yang ada dalam keadaan mengkhawatirkan atau hilang dalam musibah penerbangan, pelayaran dan bencana alam.

PERKEMBANGAN ORGANISASI SAR
Pada KEPPRES No.11 th 1972 disebut BASARI (Badan SAR Indonesia) dengan susunan organisasi terdiri dari Pimpinan Pusat Koordinasi SAR Nasional (PUSARNAS), Pusat Koordinasi Rescue, Sub–sub Pusat Koordinasi Rescue serta unsur–unsur SAR.
Pada KEPPRES No.44 dan 45 th 1974 dijelaskan antara lain PUSARNAS sebagai singkatan dari Pusat SAR Nasional dan berada di bawah Departemen Perhubungan.
Pada KEPPRES No.47 th 1979 PUSARNAS diganti menjadi BASARNAS (Badan SAR Nasional). Keppres No.28 th 1979 dijelaskan bahwa BASARI termasuk anggota BAKORNAS PBA (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam).
Perubahan PUSARNAS menjadi BASARNAS ini disertai pula dengan perubahan eselon, semula PUSARNAS Eselon II, sekarang BASARNAS Eselon I atau setingkat dengan Direktorat Jenderal. Dan untuk kelancaran tugas–tugas di lapangan telah dikeluarkan juga instruksi Menteri Perhubungan bahwa Kepala BASARNAS ditunjuk sebagai kuasa Ketua BASARI untuk tugas–tugas di lapangan.

BASARNAS
BASARNAS mempunyai tugas pokok membina dan mengkoordinasi semua usaha dan kegiatan pencaharian, pemberian pertolongan dan penyelamatan sesuai dengan peraturan SAR nasional dan internasional terhadap orang dan material yang hilang atau menghadapi bahaya dalam penerbangan, pelayaran, dan bencana alam.

Tugas pokok BASARNAS dapat dijabarkan dalam struktur intern BASARNAS sebagai berikut:
1.       Sekretariat Badan
Bertugas memberi pelayanan teknis dan administratif bagi seluruh satuan organisasi di lingkungan BASARNAS dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
2.       Pusat Pembinaan
Bertugas membina, memberikan pengarahan serta mengkoordinasikan potensi–potensi SAR baik tenaga maupun peralatan dalam persiapan menghadapi setiap kemungkinan terjadinya musibah penerbangan, pelayaran atau bencana alam.
3.       Pusat Operasi SAR
Bertugas membina dan melaksanakan pengendalian operasi komunikasi dan elektronika. Maka pusat operasi SAR terdiri dari Bidang Pengendalian dan Bidang Komunikasi Elektronika.

Tahapan Operasi SAR
Untuk mempermudah operasi SAR maka kegiatan operasionil dibagi dalam kelompok tahapan–tahapan :
1.       Awareness Stage (Tahap Kekhawatiran)
Kekhawatiran bahwa sesuatu keadaan darurat mungkin akan muncul. Termasuk di dalamnya penerimaan informasi keadaan darurat dari seseorang atau organisasi.
2.       Initial Action Stage (Tahap Kesiagaan)
Aksi persiapan diambil untuk menyiagakan fasilitas SAR dan mendapat informasi yang lebih jelas, termasuk di dalamnya :
a)      Mengevaluasi dan mengklasifikasikan informasi yang didapat
b)     Menyiapkan fasilitas SAR
c)     Pencarian awal dengan komunikasi (Preminilary Communication Check)
d)     Perluasan pencarian dengan komunikasi (Extended Communication Check Excom)
e)     Pada kasus yang gawat dilaksanakan aksi secepatnya setelah tahapan tersebut bila
  keadaan mengharuskan.
3.       Planning Stage (Tahap Perencanaan)
Suatu pengembangan perencanaan yang efektif, termasuk di dalamnya :
a)      Penunjukan SMC (SAR Mission Coordinator)
b)    Perencanaan pencarian di mana sepatutnya dilaksanakan
c)    Menentukan posisi paling mungkin (Most Probable Position/MPP) dari korban tersebut
d)    Luas dari area pencarian
e)    Tipe pola pencarian
f)     Perencanaan pencarian yang dapat dipakai
g)    Memilih metode pertolongan yang terbaik
h)    Memilih titik pembebasan/delivery point yang aman bagi korban
4.       Operation Stage
Tahap operasi, yang termasuk di dalamnya :
a)      Fasilitas SAR bergerak menuju lokasi
b)     Melakukan pencarian
c)      Menolong/menyelamatkan korban
d)     Memberi perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkan pertolongan
e)      Memberikan briefing kepada pasukan pelaksana
f)       Melakukan penggantian/penjadwalan pasukan pelaksana di lokasi kejadian
5.       Mission Conclusion Stage
Tahap konklusi/penutup ini adalah gerakan dari seluruh fasilitas SAR yang digunakan dari suatu titik pembebasan yang aman kelokasi semula (Regular Location), termasuk di dalamnya :
a)      Mengembalikan pasukan ke pangkalan (Base Camp) pencarian
b)     Penyiagaan kembali tim SAR untuk menghadapi musibah selanjutnya yang sewaktu
  waktu bisa terjadi
c)     Membuat dokumentasi misi SAR
d)     Mengembalikan SAR unit masing-masing

KONTOR KOORDINASI SAR (KKR)
Tugas KKR menyelenggarakan suatu koordinasi rescue guna mengkoordinator semua unsur SAR. Dan fasilitas SAR untuk kegiatan di bawah tanggung jawab dan dalam organisasi intern KKR, tugas ini dijabarkan sebagai berikut:
1.       Seksi Perencanaan
Bertugas membantu kepada KKR, dibidang perencanaan dan program serta mempersiapkan perjanjian dengan instansi lain.
2.       Seksi Operasi
Bertugas melaksanakan sistem dan SAR dalam wilayah tanggung jawab
3.       Seksi Umum
Bertugas menyelenggarakan pelayanan teknis dan administratif. Berarti kepada KKR bertanggung jawab atas terselenggara operasi SAR yang efektif dalam waktu singkat pada wilayah yang ditetapkan.
SUB KOORDINASI RESCUE (SKR)
Sub koordinasi rescue mempunyai tugas sebagai perangkat pelaksana SAR yang efektif dalam waktu singkat pada wilayah ditetapkan SKR. Fungsinya:
-          Melaksanakan peningkatan kegiatan kesiagaan dan kemampuan teknis operasional.
-          Mengusahakan kerja sama semua unsur SAR yang berada dalam wilayah.
-          Menghubungkan instansi pemerintah dan swasta di wilayah tanggung jawab sebagai koordinasi SAR.
-          Merencanakan dan mengendalikan pelaksanaan SAR dalam wilayah.
-          Mengumpulkan data keterangan fasilitas, sarana personil dan materil dalam wilayah yang dilakukan untuk tugas SAR.
-          Menyusun laporan hasil pelaksanaan.
TINGKAT KEADAAN DARURAT
Dikenal tiga tingkat keadaan darurat yaitu; INCERFA, ALERFA, DETRESFA.
1.       INCERFA (uncertainty phase/fase tidak menentukan/fase merugikan)
Merupakan suatu keadaan emergency yang di tunjukkan atau ditandai dengan adanya keraguan mengenai keselamatan penumpang pesawat/kapal karena diketahui kemungkinan mereka menghadapi kesulitan atau karena pesawat atau kapal itu tidak memberikan tentang informasi posisi sebenarnya (losscontact)
2.       ALERFA (alert phase/fase mengkhawatirkan/fase siaga)
Suatu keadaan emergency yang ditunjukkan dengan adanya kekhawatiran, kecemasan mengenai kehidupan/keselamatan orang-orang. Penumpang pesawat karena adanya informasi yang jelas bahwa mereka menghadapi kesulitan serius yang mengarah pada kesengsaraan (distress) atau karena pesawat/kapal tidak memberikan informasi lanjutan perkembangan posisi atau keadaan.

3.       DETRESFA (distress phase/fase darurat bahaya)
Suatu keadaan emergency yang ditunjukkan bila bantuan yang cepat sudah dibutuhkan oleh pesawat/kapal yang tertimpa musibah karena telah terjadi ancaman serius atau keadaan darurat, bahaya atau kurang/hilang informasi perkembangan posisi/keadaan setelah proses alert phase dilalui
KOMPONEN SAR
Sebelum diaktifkan suatu penyelenggaraan operasi SAR tentu harus didahului dengan adanya suatu keadaan/situasi yang memerlukan pelayanan jasa SAR. Berarti harus ada informasi adanya suatu musibah yang mengkhawatirkan atau dikhawatirkan akan terjadi dan yang sedang terjadi. Penyelenggara operasi SAR ini akan berlangsung bila dilakukan oleh lima komponen yaitu; organisasi, fasilitas, komunikasi, pelayanan darurat medik, dan dokumentasi.
1.       Organisasi
Organisasi dalam penyelenggaraan operasi SAR ini merupakan organisasi khusus yang dibentuk untuk jangka waktu tertentu (operasi SAR). Agar dapat dilakukan koordinasi dan pengendalian unsur SAR yang ada sehingga kegiatan menjadi efektif dan berhasil dengan hubungan koordinasi atau pengendalian antara SC (SAR coordinator), SMC (SAR mission coordinator), OSC (on scene commander) dan SRU (search rescue unit).

-          SC (SAR Coordinator)
Pejabat yang mampu memberikan dukungan terhadap KKR/SKR dalam mengembangkan unsur operasi SAR karena jabatan dan wewenang yang dimiliki. Kemudian unsur ini diberikan kepada SMC untuk digunakan dalam operasi SAR.
-          SMC (SAR Mission Coordinator)
Pejabat yang ditunjuk kepada BASARNAS/KKR/SKK karena memiliki kualitas yang ditentukan atau telah melalui pendidikan sebagai seorang SMC yang diakui. SMC ini yang mengkoordinasikan dan mengendalikan operasi. Tugas dan tanggung jawab mengenai:
1)     Mendapatkan informasi musibah.
2)     Informasi mengenai keadaan cuaca dan laut.
3)     Menentukan daerah pencarian dan cara serta fasilitas yang akan digunakan.
4)     Membagi-bagi daerah pencarian.
5)     Mengevakuasi setiap perkembangan (berdasarkan data-data yang diterima)
6)     Melaporkan seluruh kegiatan operasi SAR secara teratur ke BASARNAS/KKR/SKK
7)     Mengadakan koordinasi dengan KKR/SKK tetangga apabila pencarian tidak terbatas pada satu wilayah SAR saja.
8)     Menyarankan penghentian usaha pencarian bila dipandang perlu.
9)     Membebaskan unsur SAR dan menghentikan kegiatan karena bantuan mereka tidak diperlukan.
10) Membantu laporan terakhir perihal keadaan operasi SAR yang telah diusahakan.
Pada umumnya operasi SAR dapat di kendalikan dari KKR/SKR, meskipun demikian bila tidak mungkin maka SMC dapat memutuskan untuk pindah sementara waktu ke tempat yang lebih dekat dengan tempat terjadinya kecelakaan dan mengendalikan jalannya operasi SAR dari tempat tersebut.
-          OSC (On Scene Commander)
Seorang pemanjat yang ditunjuk oleh SMC untuk mengkoordinasi dan mengendalikan unsur SAR dilapangan. Berarti OSC ini melaksanakan tugas SMC yang didelegasikan kepada. OSC ini baru ada/ditunjukan bila SMC merasa perlu ada untuk membantu tugas.
Persyaratan sebagai OSC sama dengan persyaratan yang diperlukan SMC. Di Indonesia saat ini adanya seorang SMC dalam operasi SAR dirasakan perlu karena belum lancarnya komunikasi yang ada dan luas area pencarian.
-          SRU (Search and Rescue Unit)
Unsur SAR yang dioperasi pada kegiatan SAR dan mengikuti pertahapan penyelenggaraan operasi. SRU ini bias berupa unsur SAR dari berbagai organisasi/instansi yang diperlukan dan diperbantukan/ditugaskan oleh induk atau merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam operasi SAR
2.       Fasilitas
Yang diartikan dengan fasilitas SAR pendukung dari seluruh penyelenggaraan operasi SAR, dapat berupa fasilitas milik pemerintah, swasta, perusahaan, kelompok masyarakat maupun perorangan yang digunakan dalam operasi SAR. Jenis dapat berupa personal pesawat, kapal laut, fasilitas komunikasi, tenaga khusus terlatih, peralatan emergency, dll.
3.       Komunikasi
Komunikasi ini akan berperan:
-          Penyampaian keadaan emergency.
-          Untuk menanggapi/memberi respond an melanjutkan informasi pada berbagai pihak yang terkait dalam operasi SAR.
-          Untuk mengendalikan suatu operasi.
Di dalam komunikasi SAR ini termasuk juga sign sigma darurat komunikasi operasi SAR, penyampaian informasi SAR, fasilitas komunikasi yang dapat digunakan dan jaringan komunikasi. Tanpa adanya komunikasi maka pelaksanaan operasi tidak dapat berjalan dengan efesien dan efektif sesuai dengan hasil yang diharapkan.
4.       Pelayanan Darurat Medik
Memberikan perawatan darurat semampu mungkin kepada korban yang cedera, agar korban dapat bertahan hidup dalam usaha pertolongan. Termasuk didalam penerapan keahlian pertolongan pertama darurat kepada korban dilokasi kejadian serta evakuasi dan transportasi korban ke rumah sakit atau pihak lain atau pihak lain yang menangani lebih lanjut.
5.       Dokumentasi
Memberikan semua data dan analisis dari informasi yang berhubungan dengan misi SAR termasuk semua data yang diterima pada tahap kekhawatiran sampai pada tahap akhir konklusi misi, cerita/catatan baik tertulis atau visual (gambar/foto) secara khusus diikutsertakan, yang nantinya merupakan bahan untuk evaluasi kegiatan dan merupakan pedoman bagi kegiatan selanjutnya.
TEKNIK TEKNIK PENCARIAN
Walaupun perencanaan-perencanaan pencarian yang spesifik akan bervariasi tergantung kepada situasi, strategi yang umum telah dikembangkan, yang mana akan dapat diterapkan untuk hampir seluruh situasi di alam bebas. Kesemuanya ini berputar bekisar 5 mode sebagai berikut:
1.       Premilinary Mode
Mengumpulkan informasi-informasi awal, saat dimulai tim-tim pencari diminta bantuan tenaganya sampai kedatangan dilokasi, informasi dari perencanaan pencarian awal, perhitungan.
2.       Confinement Mode
Menetapkan garis besar untuk mengurung orang yang hilang agar berada didalam area pencarian (search area).
3.       Detection Mode
Pemerintah tempat yang dicurigai bila perlu dan pencarian dengan cara menyapu (sweep searches) diperhitungkan untuk menentukan orang yang hilang atau barang-barang yang tercecer.
4.       Tracking Mode
Mengikuti jejak atau barang yang tercecer yang ditinggal orang yang hilang.
5.       Evacuation Mode
Memberikan perawatan kepada korban dan membawa dengan tandu apabila diperlukan.
Dari kelima mode itu, anggota EXPLORER SEARCH AND RESCUE (ESAR) team umum akan banyak terlibat pada confinement, detection dan evacuation. Pada Preliminary Mode, Operation Leader (OL) dari ESAR akan menjabat pekerjaan sebagai penghubung dengan badan yang bertanggung jawab bersama pada kelompok SAR yang lain untuk merumuskan perencanaan pencarian. Anggota tim umumnya tidak terlibat dalam masalah ini. Sejauh ini juga, ESAR team biasanya tidak dilibatkan didalam Tracking Mode. Tracking umumnya berbentuk 2 kemungkinan/macam:
1.       Tracking dengan menggunakan anjing pelacak.
2.       Tracking oleh manusia yang terlatih.
CONFINEMENT MODE
Sasaran
Pemikiran yang melatar belakangi Confinement Mode cukup sederhana, menjebak orang yang hilang di dalam satu area yang diketahui batas-batas sampai:
1.       Area itu dapat disapu (dilakukan pencarian)
2.       Korban bergerak keluar dari area dan dalam proses dapat tertangkap oleh tim pencari.
Waktu Penggunaannya
Diperlukan tahap awal dari operasi pencarian. Dalam prakteknya, confinement mungkin tidak mudah dicari, kecenderungan yang umum terjadi adalah mengirim tim pencari ke lokasi tempat dimana korban diduga berada. Akan tetapi bila OL salah menduga atau tim pencari bergerak lebih jauh, maka search area akan bertambah luas.
Memagari gerak pencari merupakan kerja awal untuk mendapat confinement. Hal ini mungkin diperlukan bila area pencarian menjadi sangat luas.
Metode-metode yang digunakan:
1.       Trail Block
Tim kecil dikirimkan untuk memblokir jalan setapak keluar-masuk area pencarian. Mereka mencatat nama-nama dan data dari setiap orang yang meninggalkan area pencarian dan memberi tahu yang akan masuk search area tentang orang hilang. Satu orang tetap berjaga sepanjang waktu dan dapat memperhitungkan bahwa tidak seorang pun lolos lewat tanpa diketahui. Trail block harus tetap diawasi sepanjang waktu sampai diperintahkan dalam bentuk lain.
2.       Road Block
Sama dengan trail block. Kadang sukarelawan yang sudah tua diminta untuk bertugas disini apabila area pencarian diputuskan untuk tertutup bagi yang bukan tim pencari. Sebaiknya petugas hukum umum ditempatkan dalam road block.
3.       Look Outs
Sering ada tempat disekitar batas dari search area yang memberikan pandangan yang luas ke dalam lembah-lembah disebelah sungai. Dari situlah tim pencari memilih tempat-tempat yang kemungkinan dilewati oleh orang yang hilang. Sebuah tim kecil ditempatkan pada posisi-posisi itu. Beberapa peralatan seperti asap, bunyi, lampu, dan bendera dapat digunakan untuk menarik perhatian orang yang hilang.
4.       Camp-In
Sebuah camp-in dapat berupa look outs (pos pengamatan), trail block, radio relay (penghubung radio), atau situasi lain dimana satu tim kecil menempati lokasi tersebut. Lokasi-lokasi itu harus mempunyai luas pandang yang baik, cabang atau pertemuan jalan setapak, pertemuan sungai, dan lain-lain.
5.       Track Traps
Track traps ini berupa lokasi yang diperkirakan akan/sudah dilewati oleh orang hilang. Sebarkan debu meluas pada tempat ini, dan periksa ulang secara berkala untuk melihat jejak.
6.       String Lines
look outs dan camp-in khususnya akan efektif pada daerah terbuka dimana luas pandangan baik. Tetapi daerah berpohon dan bersemak lebat dapat lebih sempurna untuk kepentingan atau penggunaan yang sama jika menggunakan string lines (bentangan tali yang bertanda).

String lines dipergunakan untuk confinement.
Tags (tanda) pada string lines akan menarik perhatian orang yang hilang untuk bergerak mengikuti bentang tali itu dan keluar ketempat yang aman. Setelah confinement, string lines juga dapat digunakan untuk membagi area itu dan untuk menandai sektor pencarian.

Pemisahan lebih lanjut dari search area
Pemisahan lebih lanjut ini menghasilkan 2 hal yang diinginkan:
1.       Mengurangi waktu yang diperlukan oleh orang yang hilang bergerak mencapai string lines.
2.       Menjadikan kotak-kotak/ruang-ruang search area menjadi sektor yang terkuasai untuk pencarian tim.
Metode Detection
a.       Tipe I Search
Pemeriksaan secara resmi yang segera dilakukan terhadap area yang dianggap paling memungkinkan.
b.       Tipe II Search
Pemeriksaan yang cepat dan sistematik atas area yang luas dengan metode penyapuan agar menghasilkan hasil akhir yang maksimal dari setiap jam kerja pencarian. Cara ini lebih efisien pada daerah terbuka, menentukan beberapa personil dengan jarak pandang berjauhan dan berjalan sejajar.
c.       Tipe III Search
Pencarian dengan sistematik yang tepat atas area yang lebih kecil dengan penyapuan yang cermat. Dilakukan pada medan pencarian yang sulit (berbukit-bukit), rimbun (vegetasi/tanaman yang padat). Penyapuan dilakukan oleh personil yang berjalan sejajar dengan jarak yang relatif dekat pada area (karvak) yang sempit.
Pada operasi pecarian setiap kali ditemukan jejak berupa barang atau tanda-tanda yang menunjukan keberadaan korban, maka lokasi tersebut diberi penanda (marker), dan dengan segera dilaporkan kepada OSC atau SMC.